Beginilah Sejarah Beasiswa Luar Negeri dari Masa ke Masa


Banyak pemuda yang ingin mengenyam pendidikan di luar negeri. Kesempatan untuk dapat menimba ilmu dari sumber ilmu pengetahuan merupakan impian banyak orang. Tak dipungkiri bahwa kualitas pendidikan khususnya pendidikan tinggi di tingkat universitas di luar negeri dalam hal ini adalah negara-negara maju jauh di atas kualitas pendidikan tinggi rata-rata di Indonesia.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk kuliah di luar negeri tentu tidaklah sedikit. Oleh karena itu beasiswa menjadi solusi bagi orang-orang yang tidak memiliki biaya untuk kuliah ke luar negeri. Selain meringankan beban finansial tentu penerima beasiswa juga mendapatkan prestise tersendiri.

Baru-baru ini di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt tepatnya pada hari Rabu 13 Januari 2016 diadakan kajian bulanan bertajuk “Menempuh Pendidikan di Negeri Seberang: Milestone Beasiswa dari Masa ke Masa”. Acara dihadiri lebih kurang 50 orang peserta termasuk Ibu Konjen RI Frankfurt beserta jajarannya. Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Nolang Fanani, B.Eng. M.Sc., mahasiswa doktoral bidang matematika dan informatika asal Indonesia yang menempuh pendidikan di University of Frankurt am Main, Jerman.

Nolang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri mulai dari S1 hingga S3 dengan selalu mengandalkan beasiswa di total 5 negara. Dengan latar belakangnya tersebut, dia membagi pengalamannya mengenai beasiswa kepada masyarakat Indonesia di Frankfurt yang pada acara diskusi malam itu.

Sejarah beasiswa di Indonesia pada umumnya dapat dibagi menjadi 6 masa:

  1. Masa pra kemerdekaan (1900-1945)

Ada beberapa beasiswa pada masa pra kemerdekaan yaitu:

  • Beasiswa Van Deventer Foundation (sejak tahun 1913) yang dicetuskan oleh Van Deventer sebagai wujud dari politik balas budi Belanda karena telah menjajah Indonesia. Melalui beasiswa ini ada sekitar 50 pemuda Indonesia yang berkesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Belanda. Adapun sumber dana beasiswa adalah sumbangan rutin donatur dan subsidi pemerintah Belanda. Tokoh sejarah yang merupakan penerima beasiswa ini adalah Mohammad Hatta dan Prof. Tjondronegoro.
  • Beasiswa Max Havelaar Foundation yang berlangsung dari tahun 1912 hingga 1936 dibentuk oleh Max Havelaar. Penerima beasiswa ini adalah RMP Sosrokartono yang tidak lain adalah kakak kandung dari RA Kartini dan anak dari bupati Jepara pada masa itu. RMP Sosrokartono adalah orang Indonesia pertama yang kuliah di Belanda.
  • Beasiswa Tjandi Foundation yang berdiri sejak tahun 1913 hingga 1979. Penerima beasiswa ini antara lain adalah Prof. Iso Reksohadiprodjo, Basoeki, dan M. Ilyas.
  • Beasiswa lain yang juga sudah eksis pada masa pra kemerdekaan adalah Beasiswa Juliana Foundation dan Netherland-Indies Education and Study Fund.
  1. Orde lama (1945-1965)
Baca Juga:   5 Hal yang Akan Terjadi Dalam Hidup Kamu Setelah Lulus Kuliah

Setelah kemerdekaan Indonesia dan terbentuklah pemerintahan Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI sejak tahun 1952 hingga 1958 memberikan beasiswa kuliah untuk pemuda Indonesia ke Belanda. Beasiswa ini merupakan bagian dari kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB). Beasiswa ini berakhir karena situasi politik yang memburuk antara RI dan Belanda akibat konflik Papua.

Beasiswa kedua pada masa ini adalah Beasiswa Pampasan Perang Dunia (1943-1965) yang dananya berasal dari Pemerintah Jepang. Ratusan mahasiswa RI dikirim ke berbagai universitas di Jepang pada masa itu.

Beasiswa yang ketiga adalah Beasiswa Mahid, singkatan dari Mahasiswa Ikatan Dinas yang berlangsung antara tahun 1960 hingga 1965. Pemerintah mengirimkan ratusan mahasiswa ke negara Blok Timur seperti Rusia, Ceko, dan negara lainnya. Program beasiswa ini berakhir saat peralihan ke Orde Baru, segala kerjasama dengan blok Timur dihentikan. engan blok Timur dihentikan. Ada keprihatinan tatkala pada masa itu banyak mahasiswa yang kewarganegaraannya dicabut karena berbagai alasan misalnya mendukung pemerintahan Soekarno, tidak mau kembali ke Indonesia untuk bekerja, atau alasan lain (yang berdasarkan wawancara dengan pelaku sejarah) sangat subjektif. Akhirnya hingga tahun 2016, ratusan alumni penerima beasiswa Mahid ini banyak yang sudah menjadi WNA, tinggal menetap dan bekerja di berbagai negara.

  1. Tahun 1965-1982
Baca Juga:   Program Beasiswa Universitas Sangga Buana YPKP

Pada masa ini terdapat dua beasiswa yaitu Beasiswa Ford Foundation  dari USA yang dimulai sejak tahun 1958 saat hubungan RI dan Belanda memburuk. Tokoh Indonesia yang menerima beasiswa ini antara lain: Emil Salim, Ali Wardhana, JB Soemarlin, Dorodjatun KJ.

Selain beasiswa Ford Foundation ada pula beasiswa yang ditujukan untuk profesi tertentu seperti dosen dan angkatan bersenjata/militer.

  1. Tahun 1982-1996

Era ini disebut pula Era Habibie karena pada waktu itu B.J. Habibie yang menjabat Menteri Riset dan Teknologi menginisiasi beasiswa ke luar negeri untuk menyokong industry yang ada di Indonesia. Adapun Negara tujuan dari beasiswa ini adalah Jerman, USA, Perancis,  Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Kanada, dan Austria. Total sekitar 1500-an lulusan SMA terbaik yang dikirim ke Negara-negara tersebut untuk melanjutkan pendidikan S1.

  1. Tahun 1996-2013

Pada era ini makin banyak kanal-kanal beasiswa terbuka untuk masyarakat baik dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah negara lain. Pemerintah Indonesia memberikan beasiswa melalui kementerian-kementeriannya antara lain beasiswa DIKTI, beasiswa IGSP yang merupakan kerjasama dengan pemerintah Jerman, beasiswa Kemenkominfo, beasiswa Olimpiade Sains Internasional, beasiswa Kemenag, beasiswa SPIRIT Bappenas dan Kemenkeu.

Sedangkan beasiswa yang ditawarkan dari pemerintah negara lain antara lain beasiswa DAAD dari Jerman, Erasmus Mundus dari Uni Eropa, beasiswa pemerintah Singapura, ADS/AAS dari Australia, Fullbright dari USA, Monbusho dari Jepang, Chevening dari Inggris, dan beasiswa pemerintah Turki.

  1. Tahun 2013- sekarang
Baca Juga:   6 Cara Belajar Saham untuk Pemula

Sejak tahun 2013, Indonesia seolah mengalami revolusi di dunia pendidikan khususnya beasiswa. Pasalnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama berkoordinasi dalam menyediakan beasiswa untuk putra-putri terbaik bangsa. Beasiswa ini ditangani oleh lembaga yang dinamakan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Adapun sumber dana dari beasiswa ini adalah sebagian dana dari alokasi dana fungsi pendidikan dalam APBN-P tersebut dijadikan sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang dikelola dengan mekanisme pengelolaan dana abadi (endowment fund).

Beasiswa ini meliputi program studi S2, S3, spesialisasi, dan thesis/disertasi. Penerima beasiswa diutamakan adalah calon mahasiswa yang akan kuliah di top world universities. Target tiap tahun penerima beasiswa ini adalah 4.000 orang, pada tahun 2015 ada 3.182 orang yang menerima beasiswa ini. Tahun 2016 target naik menjadi 4.500 orang. Betapa makin besar kesempatan bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Itulah sejarah singkat dari beasiswa di Indonesia dari masa ke masa. Seiring berjalannya waktu pemerintah Indonesia makin menyadari urgensi dari peningkatan kualitas SDM dalam pembangunan bangsa Indonesia. Diharapkan dengan semakin terbukanya kran-kran pendidikan gratis ke luar negeri akan menjadi motivasi tersendiri bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk berani bermimpi menuntut ilmu dan meraih prestasi di negeri seberang. Pun begitu dengan Negara Indonesia secara luas, semoga dengan adanya beasiswa-beasiswa yang diberikan akan dapat memberikan manfaat secara nyata dalam 10-20 tahun ke depan.


Web Populer: Biaya | Info Kerja | Polling | Berita | Lowongan Kerja

Bikin Polling di PollingKita.com, Informasi Lowongan Kerja di www.InfoKerja.net, Informasi Biaya di www.Biaya.info