Cerita Bahagia Orangtua Grandprix, Doktor Termuda RI di Desa Tarus


Baru-baru ini Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat nama Grandprix Thomryes Marth Kadja sebagai pemegang gelar Doktor termuda dalam sejarah Pendidikan Indonesia. Grandprix menyelesaikan disertasinya di Institut Teknologi Indonesia (ITB) diumurnya yang ke 24 tahun.

Merdeka.com berkesempatan menyambangi kediaman si jenius. Dinding rumah Grandprix yang terletak di Desa Tarus, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, terlihat foto-foto piagam penghargaan untuk Grandprix di bidang Kimia, maupun saat diwisuda gelar strata satunya di Universitas Indonesia.

Ibunda Grandprix, Yeane Djo Djeta ketika ditemui merdeka.com, Sabtu (7/10) mengaku sangat bangga dengan prestasi anaknya tersebut. Dia mengenang, Grandprix kecil sangat agresif saat mendengarkan lagu Indonesia Raya.

“Selama didalam kandungan, dia tidak menunjukkan tanda apapun. Dia mulai terlihat agresif waktu berusia 5 bulan, jika dengar lagu kebangsaan Indonesia Raya di televisi atau radio dia langsung lompat dari pangkuan saya,” ujarnya.

Baca Juga:   Unisbank Kerjasama Dengan Pemerintah dan Perguruan Tinggi Tiongkok.

Komik Shin Chan

Menurutnya, tidak ada makanan atau didikan khusus untuk Grandprix. Namun ketekunan muncul dari dalam diri Grandprix sendiri ketika didaftarkan di Taman Kanak-Kanak.

“Sejak balita, sayur-sayuran itu yang utama disajikan untuk Grandprix. Malah buku yang ia baca dan di koleksi itu komik Sinchan dan majalah bobo, bukan buku ilmiah,” ungkap Yeane.

Usai tamat dari Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasa, Grandprix lalu didaftarkan ke kelas akselerasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kupang, dan Sekolah Menengah Katolik Geovani Kupang. Grandprix menyelesaikan skripsinya di Universitas Indonesia pada umur 19 tahun.

“Di Kupang angkot belum ada kalo jam enam pagi, jadi mobil pun sayur dia numpang. Jadi waktu SMP itu dia juara umum dari kelas satu sampai kelas tiga, sehingga selalu dijadikan contoh bagi anak-anak murid yang lain, bayangkan Grandprix Kadja dari Tarus jaraknya sampai sini dia yang buka gembok, lalu dia yang juara umum artinya kasih motivasi untuk anak-anak yang lain begitu,” jelas Yeane.

Baca Juga:   Beasiswa Ayasofya Kebudayaan Turki Tahun 2022

Arti nama Grandprix

Rendah hati dan disiplin merupakan pribadi Grandprix. Nama Grandprix ternyata penuh arti dan sudah dipersiapkan Oktovianus Kadja sang ayah sebelum Grandprix dilahirkan.

“Begini, waktu mamanya hamil, saya sudah punya pemikiran bahwa dia harus jadi orang besar. Karena pemikiran saya, keluarga kita belum ada yang hebat begitu kan, PNS ya wajar wajarlah begitu. Jadi saya kasi nama Grand yang artinya besar, Grandprix itu harus terkenal dimana-mana seperti Grandprix formula satu, harus punya kecepatan. Kalo nama Tomryes Marth itu nama kedua orang tua ayah dan ibu. Sementara Thom itu Thomas, Ryes itu Rika dan Yoshua, dan Marth itu Martha,” kata Oktovianus.

Oktovianus menambahkan, arti dari nama tersebut, Grandprix bukan dipaksa untuk berbuat sesuatu, namun diberikan tanggung jawab besar terhadap nama baik keluarga besarnya.

Baca Juga:   SEMINAR MAGISTER AKUNTANSI: KEMBANGKAN PROFESI AKUNTANSI BERBASIS BUDAYA LOKAL

“Jadi Dia harus bisa menanggung beban dua keluarga ini sebagai contoh dan motivasi serta dorongan untuk selalu hebat dimana dan kapanpun, sebab orang orang yang sukses baru bisa melihat keluarga yang lain, itu mimpi saya untuk Grandprix,” pesannya kepada Grandprix.

Mengabdi di Indonesia

Hanya satu yang kini menjadi harapan kedua orangtua Grandprix. Mereka menginginkan Grandprix untuk tetap mengabdi dan berkarya di Indonesia, walau sudah begitu banyak tawaran beasiswa maupun kerja di luar negeri.

“Apapun pekerjaan yang diberikan atau ditawarkan ya harus di Indonesia dan kami pasti bangga. Kami tidak mau anak kami berkarya di luar negeri,” pinta Oktovianus dan Yeane.


Web Populer: Biaya | Info Kerja | Polling | Berita | Lowongan Kerja

Bikin Polling di PollingKita.com, Informasi Lowongan Kerja di www.InfoKerja.net, Informasi Biaya di www.Biaya.info