Bersama ini kami sampaikan informasi 5 hal yang dirasakan anak DKV, Berikut ini:
Salah satu jurusan perkuliahan yang hingga saat ini masih banyak diminati kalangan millennial adalah Desain Komunikasi Visual (DKV). Konon, menjadi anak DKV itu menyenangkan karena kita bebas berekspresi dalam berkarya, pergaulannya yang luas, kuliahnya relatif santai, hingga prospek kerjanya yang cukup menjanjikan.
Di satu sisi, sebagai anak DKV tentu harus siap apabila bertemu dengan lima hal berikut yang menggambarkan ‘anak DKV banget’. Apakah kamu merasakannya juga?
1. Bertemu mata kuliah nirmana
Tiada hari tanpa menggambar, khususnya dalam membuat nirmana. Kata “nirmana” berasal dari dua kata yaitu, “nir” yang berarti tanpa atau tidak dan “mana” yang berarti bentuk, arti, atau makna. Jadi, nirmana adalah sesuatu yang awalnya tidak memiliki bentuk atau makna dan dapat diolah menjadi karya rupa melalui pengolahan unsur-unsur rupa berdasarkan asas atau prinsipnya.
Jangan anggap remeh ya, mata kuliah nirmana ini cukup menjadi awal yang menantang anak DKV. Pentingnya mempelajari mata kuliah nirmana yakni sebagai acuan dasar untuk merancang sebuah desain. Oleh karena itu, anak DKV perlu memahami elemen-elemen seni dan desain: garis, bentuk, bidang, warna, dan sebagainya untuk menciptakan komposisi karya tampak indah.
2. Imajinasi dan kreativitas (harus) tanpa batas
Bukan hal yang aneh lagi bila anak DKV dituntut kreatif. Meski suasana perkuliahan yang santai, sudah jadi makanan sehari-harinya harus mempunyai ide out of the box agar memperoleh acc dosen. Maka dari itu, anak DKV paling senang dengan adanya kesempatan study tour ke art gallery agar jiwa seninya terus tertanam.
3. Harus bisa multitasking
Skill yang didapat anak DKV selama masa perkuliahan tidak hanya menggambar, melukis, atau membatik saja. Masih banyak mata kuliah lainnya yang dijalani anak DKV selain bersahabat dengan kanvas atau wacom, seperti animasi, videografi iklan, tipografi, dan lain-lainnya. Inilah yang membuat anak DKV harus terbiasa multitasking serta membutuhkan perangkat canggih yang mampu mendukung proses belajarnya.
4. Nggak mengenal waktu tidur
Deadline tugas yang menumpuk dan padat menjadi alasan klasik anak DKV lupa kata tidur. “Boro-boro mau tidur, tugasnya harus selesai besok pagi dan asistensi dosen. Belum lagi harus ke percetakan dahulu.” Gaya hidup anak DKV yang jarang rebahan nggak hanya dialami selama jadi mahasiswa saja, ketika sudah bekerja pun akan seperti itu kok. Benar nggak?
5. Penampilan bukan prioritas, yang terpenting adalah karya, karya, dan karya
Tidur saja tidak sempat apalagi memikirkan penampilan yang rapi bukan prioritas anak DKV. Saking cueknya, sering ‘kan melihat anak DKV, khususnya laki-laki yang rambutnya gondrong? Karena mereka lebih mengutamakan kualitas karyanya daripada penampilannya dipuji masyarakat.
Demikian informasi yang dapat kami berikan, semoga bermanfaat.
Web Populer: Biaya | Info Kerja | Polling | Berita | Lowongan Kerja
Bikin Polling di PollingKita.com, Informasi Lowongan Kerja di www.InfoKerja.net, Informasi Biaya di www.Biaya.info